Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan Melalui Puspaga Kenari

Komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengaplikasikan pembangunan yang responsive gender cukup kuat. Hal ini bisa dilihat dalam Rencana strategis Pemerintah Kota Yogyakarta yang menjelaskan secara ideal visi, misi, strategi, tujuan dan capaian tentang keadilan dan kesetaraan gender.

Tak sampai disitu Pemkot Yogya melalui Dinas Dinas Pemberdayaan Masyarakat Perempuan, Perlindungan dan Anak (DPPMPA) Kota Yogya meluncurkan layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kenari.

Kepala DPMPPA Kota Yogya, Edy Muhammad mengatakan Puspaga merupakan tempat pembelajaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga yang dilakukan oleh tenaga profesi melalui peningkatan kapasitas, sebagai upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak diawali dari keluarga.

Ia menjelaskan dibentuknya Puspaga tersebut ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat yang memerlukan pendampingan atau konseling.

"Pembentukan Puspaga ini, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengasuh dan melindungi anak," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya telah menyediakan tenaga profesional yang siap mendampingi dan memberikan bimbingan kepada masyarakat yang membutuhkan. "Kami telah menyiapkan beberapa orang psikolog yang selalu siap memberikan konseling kepada masyarakat," katanya.

Pendampingan tersebut bisa untuk berbagai macam keperluan, seperti keperluan rumah tangga, masalah remaja, parenting dan lainya.

Pelayanan ini, lanjutnya, dilakukan secara gratis. Setiap masyarakat yang melakukan konsultasi akan dijamin kerahasiaan identitasnya. "Itu sudah menjadi kode etik dari para psikolog," katanya.

Senada di katakan Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, menurutnya orangtua wajib dan bertanggung jawab untuk mengasuh, mendidik, membangun karakter anak, dan lainnya.

Untuk itu, keluarga harus dikuatkan kapasitasnya. Satu di antara upaya penguatan di sini adalah pembentukan unit layanan Puspaga.

Menurut Wawali Kasus kekerasan adalah fenomena sosial dan harus dijadikan pelajaran bagi seluruh keluarga.

“Tidak cukup dengan ungkapan keprihatinan saja, namun perlu ada langkah nyata untuk mencegah serta menghentikan kekerasan dalam setiap aspek kehidupan khususnya bagi 5 kelompok rentan, yaitu perempuan, anak, lansia, difabel dan masyarakat kurang mampu” ujarnya.

Oleh Karena itu, lanjut Wawali penghapusan kekerasan terhadap perempuan membutuhkan kerja bersama dan sinergi dari berbagai komponen masyarakat untuk bergerak secara serentak, baik aktivis perempuan, Pemerintah, Kepolisian maupun masyarakat secara umum.

Ia menegaskan bahwa Pemkot Yogya bersama seluruh komponen masyarakat telah berkomitmen untuk meminimalkan kekerasan dalam segala bentuknya.

“Marilah kita bangun nilai akan arti pentingnya budaya saling memahami dan saling menghargai dengan menjunjung nilai toleransi. Sebab kekosongan dalam toleransi akan cenderung menciptakan bibit-bibit kekerasan yang akan berdampak buruk bagi para korban dan menimbulkan trauma yang akan dibawa seumur hidup” jelasnya.

Ia berharap dengan adanya Puspaga dapat menumbuhkan patrisipasi publik untuk kesejahteraan perempuan dan anak dalam bentuk forum, dimana forum tersebut akan dibentuk sebagai asosiasi yang dapat membatu kesejahteraan perempuan dan anak-anak di Indonesia. (Han/Rdp/Ina/Win)