PBTY 2020 Resmi di Tutup, Perputaran Ekonomi Mencapai Rp 25 Miliar

Pekan Budaya Tioghoa Yogyakarta (PBTY) resmi di tutup, Sabtu (8/2). PBTY di tutup langsung oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono ke X. Usai Penutupan Ngarsa Dalem langsung melihat revitalisasi kawasan Ketandan sebagai kawasan Pecinan.

Mengusung tema The Cultural Collor of Wonderful Indonesia, Ketua Panitia PBTY, Mawardi Gunawan mengatakan, kegiatan ini menunjukkan kebersamaan di Yogyakarta yang guyub rukun serta harmonis, tidak hanya menampilkan budaya dari suku Tionghoa melainkan budaya lokal dan nasional dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam laporannya Ia menyampaikan, berbagai rangkaian kegiatan yang digelar selama sepekan diantaranya mulai dari Malioboro Imlek Carnival yang mampu menarik masyarakat sekitar 150.000 penonton, Jogja Dragon festival ke-9 yang diikuti 12 peserta, serta 140 stand multi culture bazar dengan perputaran selama sepekan ekonomi kegiatan PBTY sebesar Rp 25 miliar rupiah.

"Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta ke-15 Tahun 2020 selama tujuh hari ini, telah memberi kontribusi positif yang besar bagi masyarakat sekitar, baik dalam hiburan, pengenalan dan pelestarian budaya maupun pendapatan daerah sehingga sangat bersinar di Indonesia. Semoga kedepannya di PBTY pada tahun 2021 dapat diakui oleh Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif  sebagai salah satu, Seratus Event unggulan Pariwisata Indonesia," ungkapnya.

Event PBTY 2020 yang berlangsung dari tanggal 2-8 Februari 2020 ini terbilang sukses besar, dilihat dari banyaknya pengunjung yang hadir dalam event tersebut diharapkan di tahun 2021 lebih meriah dan pengunjung membludak.

PBTY 2020 menyajikan berbagai pertunjukan kebudayaan Tionghoa seperti, live musik, pemilihan Koko-Cici, penjualan pernak-pernik Tionghoa, pertunjukan Wayang Potehi, pameran rumah tinggal orang Tionghoa jaman dulu yang saat ini dirombak persis seperti pada jamannya.

Tentunya ditambah ratusan stand kuliner yang menjadi salah satu buruan para pengunjung untuk datang pada PBTY setiap tahunnya. Selain itu, terdapat live musik, pertunjukan Chinese Drum, Barongsai, tari Zapin, tari Dun Huang, tari ‘cerita putri Trowulan, parade busana peranakan dan batik peranakan, serta ditutup secara meriah dengan pertunjukan Naga LED membuat para pengunjung betah untuk terus berkunjung ke PBTY.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, ragam pesona budaya perayaan imlek yang ke-15 disuguhkan untuk warga Kota Yogyakarta maupun di luar kota lain untuk berkunjung setiap tahunnya ke Kota Yogya.

"Sekali lagi saya ingatkan, Pekan Budaya ini menjauhkan diri dari hidup yang isolasi diri yang kian menjauhkan gate sosial dan berpotensi hadirnya disintegrasi sosial. Sebaliknya agar menjadi media introspeksi dalam membangun semangat ke Indonesiaan," ungkapnya.

Dalam kesempatan ini, Sri Sultan Hamengkubuwono X juga menyampaikan, kedepannya inovasi tekhnologi akan terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi warga Kota Yogyakarta untuk membawa perubahan didunia bisnis.

"Syarat utama dalam sektor bisnis adalah bahwa semua pelakunya harus benar-benar mempunyai komitmen total, mulai dari top level management hingga pelaksana lapangan disertai pengawasan yang ketat. Tak kalah pentingnya adalah apakah sinergi dan inovasi sudah pernah dilakukan dalam praktek bisnis dalam hal ini perwujudannya harus terdukung oleh zona eko bisnis yang memungkinkan, selain berkompetisi juga berkolaborasi dalam kaedah koopetitif," jelasnya.

Diakhir acara ini ditutup secara resmi melalui pemukulan tambur oleh Gubernur DIY, dalam penutupan PBTY XV tahun 2020 yang diserahkan Peta Yogyakarta tahun 1800, oleh Ketua Umum Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC) Hari Setyo kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Hes)