Terapkan Pelayanan Prima di Tempat Wisata Agar Dikunjungi Kembali

Pengelola destinasi wisata harus memahami pelayanan prima agar tempat wisata tersebut selalu dirindukan untuk didatangi kembali serta memberikan kenangan yang mengesankan kepada para wisatawan.

Demikian dikatakan Wakil Walikota Yogya, Heroe Poerwadi saat menjadi pembicara dalam Pelatihan Tatakelola Destinasi Wisata, yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Yogya, pada Jumat (13/11) di Tjokro Style Hotel.

Pelatihan Tata Kelola Destinasi Wisata yang diselenggarakan sejak Kamis (12/11) ini diikuti sebanyak 45 peserta yang terdiri dari, pengelola destinasi wisata Dermaga Cinta, Bendung Lepen, Kali Tekik dan Anggur Giwangan, serta pengurus kampung dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis).

Wakil Walikota Yogya, Heroe Poerwadi, menyampaikan pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Pariwisata bukanlah sektor yang berdiri sendiri tetapi merupakan multi sektor.

“Destinasi wisata tidak bisa berdiri sendiri, untuk itu kita harus membangun kawasan bersama dimana satu sama lain saling melengkapi, sehingga kawasan ini bisa menjadi tujuan wisata,” katanya.

Wawali juga menghimbau agar para pengelola pariwisata, khususnya pengelola wisata yang ada di sekitar Giwangan untuk memerhatikan dan menggali lebih dalam potensi-potensi yang ada di kampung tempat destinasi wisata tersebut berada.

Selain itu, Wawali juga memberikan pengarahan kepada para peserta agar memberikan pelayanan yang baik serta memikirkan dan membangun fasilitas penunjang dari destinasi wisata yang ada.

“Kita punya Sapta Pesona, jadi bagaimana pengelola bisa memahami pelayanan prima, supaya destinasi itu selalu dirindukan untuk didatangi kembali, sampai bisa memberikan kenangan indah kepada wisatawan,” kata Heroe Poerwadi.

Kepala Bidang Pengembangan dan Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata Kota Yogya, Yurnelis Piliang menambahkan ada 17 pelatihan yang akan diikuti peserta. Pelatihan-pelatihan itu meliputi, kebijakan pengelolaaan daya tarik wisata pada adaptasi kebiasaan baru, manajemen layanan wisatawan, standar prosedur kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan  di daerah tujuan wisata, layanan prima dan Sapta Pesona, menyusun SOP daya tarik wisata, peningkatan kompetensi SDM pariwisata, standar usaha pariwisata, Hygine dan Sanitasi di daerah tujuan wisata, carrying capacity di daerah tujuan wisata, mengatur zona  kunjungan wisatawan, membangun story telling berdasar potensi daya tarik wisata, pengembangan paket wisata terintegrasi, pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan destinasi, pemanfaatan teknologi informasi dalam Pemasaran daerah tujuan wisata, fotografi pariwisata, promosi melalui sosial media, visitasi dan pembelajaran lapangan. (Muc)