'Ngudi Murih Lestari lan Ngrembakaning Budaya’  melalui Gelar Macapat

     Seni sastra macapat adalah wujud kearifan tradisi yang membentuk jati diri otentik sebagai identitas budaya lokal. Melestarikan dan mengembangkan seni macapat menjadi bagian dari tanggungjawab kita semua untuk menumbuhkan rasa peka dan rasa cinta terhadap karya sastra tradisional.


    Berkaitan dengan hal itu, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta melaksanakan Gelar Macapat dengan tema ‘Ngudi Murih Lestari lan Ngrembakaning Budaya’ pada Senin 23/11 hingga Kamis 26/11 bertempat di Pendopo Ndalem Ngabean Jl Ngadisuryan Kraton Yogyakarta.


    Peserta gelar macapat berasal dari unsur pelaku seni macapat di Kota Yogyakarta. Menghadirkan narasumber praktisi seni macapat dari Kraton Ngayogyakarta, KMT Projo Suwasono, KMT G. Dwijo Wijoyo, dan Mugi Santoso.


        Pelaksanaan gelar macapat ini mengedepankan ketaatan terhadap protocol Kesehatan yang berlaku. Selain peserta diwajibkan menggunakan masker, diukur suhu tubuh, dan jaga jarak, juga dilaksanakan tanpa penonton. Demikian disampaikan oleh Kepala Bidang Sejarah dan Bahasa Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Drs. Dwi Hana Cahya Sumpena.


Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, S.Sos, MM  di ruang kerjanya, Jumat 20/11 mengatakan bahwa tembang macapat bukan sekadar sebagai lagu atau hiburan semata, tetapi lebih dari itu, merupakan karya sastra lisan yang sangat menarik,  dan di dalamnya terkandung makna luar biasa.


Selain berisi pesan-pesan moral yang penting sebagai pembentuk karakter, juga sebagai sarana komunikasi dari masa ke masa, berisi ajaran/petuah, dan keteladanan, baik bersumber dari sejarah maupun cerita fiksi.


Ia berharap melalui pembelajaran tembang Jawa macapat tertanam karakter nilai-nilai kearifan lokal sesuai jati diri dan jiwa Njogjani. (ism)