Kelola Sampah untuk Pembelajaran, SDN Petinggen Raih Sekolah Adiwiyata

 

Gondokusuman - Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta memberikan penghargaan Sekolah Adiwiyata kepada sembilan SD dan dua SMP di Kota Yogya. Penghargaan diserahkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sugeng Darmanto, Senin (19/6) kepada para penerima, antara lain SDN Petinggen, SDN Gambiran, SDN Budya Wacana, SD N Kotagede 4, SD N Wirobrajan, SD N Karangmulyo, SD N Suryodiningratan 3, SD N Wirosaban, SD N Pilahan, SMP Piri 1 Yogyakarta dan SMP Negeri 11 Yogyakarta.

SD N Petinggen meraih nilai tertinggi dengan poin 78,53. Salah satu perwakilan dari SD N Petinggen, Ema Kurnia Wati (28) menyebutkan program unggulan di sekolahnya adalah pengelolaan sampah. Gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di SD N Petinggen memasukan pengelolaan sampah anorganik khususnya sampah kertas ke dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yaitu sampah kertas digunakan untuk membuat topeng yang kemudian topeng tersebut dimanfaatkan sebagai properti tari.

“Untuk saat ini sampah anorganik yang kami kelola itu sampah kertas dibuat topeng anak-anak dan sampah plastik yang dimanfaatkan untuk ecobrick. Jadi, untuk P5 kelas 4 kami ada seni tari, jadi nanti topeng-topeng yang anak-anak buat akan digunakan mereka untuk menari,” jelas Ema

Murid kelas 4 SD N Peringgen mendapatkan pelatihan pembuatan topeng untuk pelaksanaan P5 tentang gaya hidup berkelanjutan. Anak-anak sangat antusias menempelkan kertas pada cetakan topeng. Topeng yang sudah siap kemudian dicat sesuai dengan karakter topeng. Setelah kering, topeng dapat digunakan anak-anak untuk pentas tari topeng pada akhir semester.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogya, Sugeng Darmanto menyampaikan sekolah adiwiyata merupakan sebuah bentuk komitmen sekolah untuk melindungi lingkungan yang disekitarnya. Pelaksanaan dapat dimulai dari warga sekolah yang meliputi pelajar, pendidik, kepala sekolah dan pengelola sekolah. Penghargaan ini menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup, sehingga bukan sekadar perlombaan yang harus dimenangkan melainkan untuk dilaksanakan secara terus menerus.

“Harapannya, guru yang memiliki kreativitas tinggi bisa memasukkan program peduli lingkungan hidup ke dalam kurikulum pembelajaran, apalagi saat ini sudah menggunakan implementasi kurikulum merdeka. Ternyata sekolah yang memiliki wawasan lingkungannya bagus akan berpengaruh terhadap pola pendidikan dan pembangunan karakter anak di sekolah tersebut. Tentu setiap sekolah akan memiliki program tertentu, namun yang menjadi wajib saat ini terkait program pengurangan sampah, bagaimana pola pemilahan sampahnya dan pengolahan sampah organik seperti pembuatan biopori,” ungkapnya.

Kepala Bidang Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Kota Yogya, Cristina Endang Setyowati menyebut proses penilaian sekolah adiwiyata telah dimulai sejak tahun 2022. Beberapa aspek yang dinilai diantaranya aspek kebersihan termasuk kebersihan sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah, aspek tentang penghijauan dan keanekaragaman hayati, konservasi air, konservasi energi dan inovasi. Proses kepedulian lingkungan ini dapat dilakukan melalui pembelajaran, ekstrakulikuler maupun pembiasaan sehari-hari.

“Pemberian penghargaan ini adalah wujud apresiasi kepada sekolah-sekolah yang telah berhasil memenuhi kriteria melakukan gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah tingkat Kota Yogyakarta. Harapannya kepedulian ini akan terus berkelanjutan, tahun depan lanjut ke tingkat provinsi dan bisa ketingkat nasional hingga menjadi sekolah adiwiyata mandiri,” ujar Cristina. (Chi)