Kompetisi Bahasa dan Sastra di Yogya Tak Pernah Sepi Peminat

Gondomanan – Sebanyak 379 peserta dari 14 kemantren unjuk kemampuan dalam bersastra Jawa, pada Kompetisi Bahasa dan Sastra Kota Yogyakarta 2023. Sejumlah 75 peserta di antaranya melaju ke babak final untuk memperebutkan gelar juara.

Babak Final Kompetisi Bahasa dan Sastra Kota Yogyakarta 2023 berlangsung pada Senin sampai Rabu, 3 hingga 5 Juli di Taman Pintar Yogyakarta. Setelah sebelumnya telah dilakukan babak penyisihan, melalui seleksi video untuk memilih 5 finalis terbaik dari masing-masing jenjang dan cabang lomba.

Terdapat tujuh cabang lomba yaitu Maca Cerkak, Maca Geguritan, Macapat, Alih Aksara, Sesorah, Pranatacara dan Mendongeng, yang terbuka untuk warga Kota Yogyakarta, mulai dari kategori anak-anak, remaja, dewasa dan umum.

Kepala Bidang Sejarah Permuseuman Bahasa dan Sastra, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Dwi Hana Cahya Sumpena mengatakan, kompetisi yang digelar rutin setiap tahun tersebut tidak pernah sepi peminat, hal itu menunjukkan bahwa masih banyak orang yang merasa memiliki budaya Jawa beserta sastranya.

“Dengan jumlah peserta yang tiap tahunnya lebih dari 300 orang, artinya masih banyak yang handarbeni atau ikut merasakan memiliki dan melestarikan budaya jawa, termasuk sastra Jawa, tidak hanya dari kalangan usia dewasa, tapi juga anak-anak dan remaja,” ujarnya pada Senin (3/7) di Phytagoras Hall, Taman Pintar Yogyakarta.

Dalam kurun dua tahun terakhir, lanjut Dwi Hana, Kota Jogja meraih predikat juara umum dalam Kompetisi Bahasa dan Sastra tingkat DIY. Pihaknya menyatakan, di tahun 2023 ditargetkan Kota Jogja kembali dapat mempertahankan gelar tersebut.

“Kompetisi yang digelar Dinas Kebudayaan ini adalah berjenjang, jadi juara 1, 2 dan 3 di tiap cabang lomba nanti akan menjadi wakil Kota Jogja di tingkat DIY, dengan harapan gelar juara umum dapat diraih kembali,” harapnya.

Salah satu peserta kategori anak-anak, Devina Azaria pelajar kelas 6 SD usia 11 tahun, yang mengikuti dua cabang lomba menceritakan alasannya ikut kompetisi ini.

“Saya memang hobi baca puisi, makanya ikut lomba Maca Geguritan dan Macapat, selain itu juga untuk melestarikan budaya Jawa, selama ini persiapan dan latihannya sama orang tua,” ceritanya.

Sementara itu, orang tua Devina, Baehaqi mengungkapkan, dirinya mendukung penuh kegiatan sang anak dalam melestarikan budaya dan sastra Jawa, di samping untuk mengenalkan tradisi akar budaya asal, juga untuk melatih daya kompetitif. (Jul)