Bangkitkan Regenerasi Pengrawit Muda di Kota Yogya

Mergangsan - Seni karawitan biasanya identik dengan orang-orang yg sudah sepuh. Baik yang memainkan maupun penikmatnya. Namun Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta ingin membuat karawitan diterima oleh semua kalangan.

Melalui Acara Workshop dan Resital Karawitan, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta merangkul anak-anak berusia di bawah 30 tahun dari Kota Yogyakarta untuk mengembangkan dan mencintai seni karawitan. Sebagai puncaknya, 50 pemuda menampilkan kesenian karawitan pada acara Resital Karawitan  di Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta, Selasa (5/7).

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti menyampaikan acara Resital Karawitan merupakan ujung dari kegiatan Workshop Karawitan yang telah dilaksanakan sejak bulan Juni 2023. Sebagai Kota pusat perkembangan seni, kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kembali seni Karawitan serta meregenerasi karawitan di Kota Yogyakarta.

“Kegiatan ini tidak akan berhenti di sini setiap tahunnya nanti kami akan mengajarkan kegiatan serupa Bagaimana merangsang generasi muda untuk berpartisipasi aktif dan pelestarian dan pengembangan kebudayaan,” ujarnya.

Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh Narasumber selama mengikuti workshop, para pengrawit muda Kota Yogyakarta mencoba untuk menampilkan seni karawitan sebagai seni unggulan kota Yogyakarta yang mampu menyesuaikan dengan dinamika perubahan zaman dan memukau. Para penonton pun nampak terkesima dan menikmati setiap alunan musik yang ditampilkan para pengrawit. 

“Kegiatan seni pertunjukan karawitan ini biasanya usianya sudah senior. Jadi, perlu ada regenerasi yang membawa anak-anak muda untuk juga mencintai seni karawitan.Kami berharap bahwa ada beberapa hal yang menjadi sesuatu hal yang menarik untuk diikuti oleh anak-anak muda. Dalam bidang seni karawitan ini, tentu saja bisa dikelola bagaimana kemudian anak-anak muda menjadi lebih berminat dan menarik untuk mengikuti, menyenangi atau menikmati kemudian juga mengikuti latihan latihan ataupun kegiatan dari seni,” ungkap Yetti.

Para pemuda yang berasal dari Kemantren maupun sanggar karawitan di wilayah Kota Yogyakarta ini  membawakan delapan repertoar dengan memukau. Salah satu penampilan paling menarik yaitu IDEA karya Danang Rajiv, pemaparan bentuk musik gamelan serta pemaknaan pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Pertunjukan yang digarap dengan maksimal ini mampu membuat penonton larut dalam suasana pertunjukan seni karawitan.

Salah satu dosen seni ISI Yogyakarta sekaligus composer dalam pertunjukan ini merasa bersyukur adanya program workshop karawitan. Menurutnya, kegiatan ini salah satu upaya membangkitkan kesenian karawitan Khas Yogyakarta.

“Karya-karya dari para pengisi workshop karawitan ini merupakan wujud karya ini mewakili beberapa nafas dan identitas dari Yogyakarta, sebagaimana kita tau bahwa Kota Yogyakarta jantungnya, pusat kesenian dan kebudayaan sehingga apapun yang dulu menjadi prestasi pada era 80/90 tahunan dapat diwarisi oleh generasi muda,” ungkapnya. (Chi)