Hadapi Pemilu, Jaga Kondusifitas Antar Kelompok di Kota Yogya

 

 

Gedong Tengen - Karakteristik Kota Yogyakarta yang heterogen karena dihuni beraneka macam suku, etnis dan ras tidak menutup kemungkinan bisa menimbulkan keadaan yang tidak kondusif. Badan Kesatuan Bangsa Politik Kota Yogyakarta menilai kurangnya komunikasi antar kelompok membuat hubungan kurang harmonis dan rawan konflik.  Oleh karena itu, Bankesbangpol bersama Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kota Yogyakarta mengadakan  Sarasehan Paguyuban Suku, Etnis dan Ras yang ada di Kota Yogyakarta. Kegiatan ini mengajak 50 perwakilan berbagai etnis untuk meningkatkan kondisi Kota Yogyakarta agar semakin kondusif terutama pada pelaksanaan Pemilu 2024 agar berlangsung damai. Acara tersebut dilaksanakan di Hotel Royal Darmo Malioboro, Kamis (13/7).
 

Analis Kebijakan Ahli Muda Kelompok Substansi Kewaspadaan Dini Dan Penanganan Konflik Bankesbangpol Kota Yogyakarta, Nyke Lestari menjelaskan FPK Kota Yogyakarta merupakan salah satu forum di bawah Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta bertugas menjaga kondusifitas di Wilayah Kota Yogyakarta.

“Setelah acara ini, kita dapat menghasilkan dan mengumpulkan saran-saran masukan titik dari semua paguyuban yang ada di Kota Yogyakarta untuk kita membuat satu program atau kegiatan lanjutan di 2024 terkait kondisi fisik wilayah pada saat ini,” ungkapnya.

Nyke juga berharap, dengan adanya FPK Kota Yogyakarta yang tersebar diseluruh Kemantren di Kota Yogyakarta dapat saling bekerja sama lintas etnis, suku dan budaya menjaga kondusifitas menjelang tahun pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 mendatang.

Ketua FPK Kota Yogyakarta, P Wahyu Susanto mengungkapkan Acara Sarasehan Paguyuban Suku, Etnis dan Ras yang ada di Kota Yogyakarta merupakan kegiatan yang pertama kali dilaksanakan dengan menghadirkan perwakilan dari beberapa suku, etnis dan ras yang tinggal di Wilayah Kota Yogyakarta. 

“Untuk acara ini, pesertanya ada 50 orang, ini dari etnis khususnya dari Papua, Maluku, Bali, Batak, DKI Jakarta, suku Jawa, Madura. Kemudian ada dari Ras Arab juga salah satunya,” jelasnya.

Dalam kegiatan ini, salah satu materi yang disampaikan yaitu terkait budaya yang berkembang di Kota Yogyakarta. Hal ini bertujuan agar berbagai kelompok etnis, suku dan rasa yang tinggal di Kota Yogyakarta bisa lebih mengenal tradisi dan budaya sehingga lebih memahami dan menjaga kondusifitas di Wilayah Kota Yogyakarta. 

“Biasanya kalau lintas etnis atau suku belum pernah dipertemukan bersama itu ada persaingan yang agak kurang sehat, harapannya dengan kita kumpulkan mereka saling berinteraksi, kemudian mereka bisa saling menyampaikan isi hatinya dan mencoba untuk melakukan interaksi yang lebih intens dalam kegiatan sehari-harinya. Sehingga situasi Kota Yogyakarta itu betul-betul menjadi kota yang nyaman dan aman untuk semua kegiatan sebagai kota budaya, kota pendidikan, kota pariwisata, itu semuanya akan berjalan seperti yang diharapkan oleh kita,” tambah Wahyu. (Chi)