Terowongan Stasiun Tugu Tingkatkan Kenyamanan Wisatawan ke Yogya   

GEDONGTENGEN- Terowongan atau underpass penghubung peron di Stasiun Tugu Yogyakarta yang berdiri sejak 1959 kembali dibuka secara resmi pada Senin (31/7/2023). Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi pembukaan kembali terowongan itu karena memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna kereta. Diharapkan operasional terowongan itu dapat meningkatkan wisatawan yang datang ke Yogyakarta.

Menurut Mantri Pamong Praja Gedongtengen, Ananto Wibowo, keberadaan terowongan atau underpass itu mempermudah para pengguna kereta api dalam melaksanakan perjalanan dari dan ke Yogyakarta. Setelah ada underpass, para pengguna kereta api akan lebih aman dan  nyaman dibandingkan sebelumnya harus menyeberangi jalur kereta api.

Akses keluar masuk underpass dari peron utara ke selatan atau sebaliknya di Stasiun Tugu Yogyakarta.

“Setelah ada underpass lebih nyaman daripada harus cross rel (menyeberang jalur kereta). Jadi lebih aman dengan underpass. Harapannya wisatawan lebih nyaman naik kereta api dan meningkat wisatawan yang datang ke Yogyakarta,” kata Ananto yang hadir mewakili Penjabat Wali Kota Yogyakarta saat peresmian underpass di Stasiun Tugu Yogyakarta.

Terowongan di Stasiun Tugu Yogyakarta itu menghubungkan peron kereta di sisi selatan dan utara. Akses keluar masuk terowongan berada di sisi kiri, setelah pintu masuk pengecekan tiket di peron selatan lalu tembus ke peron utara di Stasiun Tugu Yogyakarta.

Kondisi underpass di Stasiun Tugu Yogyakarta yang telah direnovasi dan resmi dioperasionalkan kembali.

Terowongan yang berusia hampir 64 tahun itu memiliki panjang 65,8 meter dan lebar 3 meter. Setelah melalui beberapa kali renovasi, kini terowongan tampil lebih modern. Hal itu ditunjukan dengan fasilitas eskalator atau tangga berjalan untuk masuk dan keluar terowongan. Pada bagian dinding juga dihiasi instalasi sejarah Stasiun Tugu Yogyakarta dan kereta api di Indonesia.

Sementara itu Executive Vice President Daerah Operasional 6 PT Kereta Api Indonesia (KAI) Bambang Respationo mengatakan, Stasiun Yogyakarta ini dibagi menjadi dua sisi ada utara dan selatan. Sisi selatan untuk jalur keluar maupun masuk, termasuk sisi timur. Penumpang yang dari utara kemudian menuju selatan atau sebaliknya selama masih menyeberangi jalur rel. Jalan itu kurang disarankan karena harus ada pengamanan dan pengawasan serta menyulitkan penumpang. Oleh sebab itu terowongan dioperasionalkan kembali setelah direnovasi.

Akses keluar masuk underpass di Stasiun Tugu Yogyakarta menggunakan tangga berjalan.

“Ini (terowongan) sudah cukup lama. Cuma pada saat itu kita lihat kondisinya cukup memprihatinkan sehingga penumpang ketika dikasih pilihan untuk turun ke bawah kurang nyaman. Menurut pandangan kami masih belum nyaman untuk penumpang, sehingga kami putuskan untuk merenovasi kembali underpass di Stasiun Yogyakarta ini,” terang Bambang.

Dia menyebut jumlah penumpang di Stasiun Yogyakarta cukup banyak karena melayani 61 kereta api jarak jauh pergi pulang, 20-24 perjalanan KRL, 8 KA lokal Prameks dan KA bandara 42 perjalanan pergi pulang. Total rata-rata ada sekitar 16.600 penumpang/hari yang dilayani dengan kereta api jarak jauh, KRL, KA Prameks dan KA bandara di Stasiun Tugu Yogyakarta.

“Hari ini kami lengkapi semua (operasional underpas). Kita memiliki standar operasional prosedurnya untuk menjaga keamanan. Kemudian kondisi darurat nanti seperti apa yang harus dilakukan. Kita sudah melatih pegawai sesuai SOP,” tambahnya.

Jajaran PT KAI  dan perwakilan pemerintah daerah saat meninjau underpass Stasiun Tugu Yogyakarta.

Sedangkan Direktur Utama PT KAI, Didiek Hartantyo, menyampaikan Stasiun Yogyakarta istimewa karena melayani begitu banyak macam penumpang yakni kereta api jarak jauh, KRL, KA Bandara dan Prameks. Keberadaan underpass di Stasiun Yogyakarta yang direnovasi dan dioperasionalkan kembali itu adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kereta api.

“Yogyakarta memang luar biasa. Kegiatan pariwisata sangat menonjol dan sebagai kota budaya dan pendidikan. Ini menjadikan kereta api selalu tumbuh luar biasa di Daops Enam Yogyakarta ini. Dalam operasi angkutan Lebaran atau kereta nataru, Yogyakarta itu termasuk stasiun yang paling besar (jumlah) penumpangnya,” pungkas Didiek.(Tri)