'Janoko Ragotik' Diet Sampah Ala Pelajar Yogya

Danurejan - Kesadaran dalam mengurangi sampah tidak hanya dilakukan dari pemerintah saja. Kini lingkungan sekolah juga menyadari pentingnya memberikan wawasan kepada siswanya untuk mengurangi sampah dan menerapkan pilah sampah.

Sejak diberlakukannya Gerakan Zero Sampah Anorganik dari Pemerintah Kota Yogyakarta, sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta ikut serta dalam memilah sampah di sekolah. Tak terkecuali di SMP Negeri 15 Yogyakarta yang berada di Jalan Tegal Lempuyangan No 61 Yogyakarta.

Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Siswanto saat ditemui diruang kerjanya, Rabu (2/8/2023).

Saat ditemui Kepala Sekolah SMP Negeri 15 Siswanto mengaku sejak tahun 2022 siswa-siswinya diajak untuk diet sampah dengan slogan sekolah ‘Jajan Ora Nganggo Plastik (Janoko Ragotik)’. Terutama saat adanya Kurikulum Merdeka. 

Dimana salah satu indikatornya mengenai gaya hidup berkelanjutan. Dari sinilah mulai kesadaran untuk mengurangi sampah plastik.

“Kita menerapkan pilah sampah sudah lama, sejak Kurikulum Merdeka pada bulan Agustus 2022. Salah satu indikatornya adalah gaya hidup berkelanjutan. Saya ingin bagaimana bisa memanfaatkan sampah menjadi lebih bernilai bukan kita mengajari anak untuk mengubah sampah jadi bentuk lain tapi menjadi nilai,” ujarnya.

Salah satu guru ikut menerapkan pilah sampah

Semenjak itu, sampah yang ada di lingkungan sekolah dibatasi, hanya boleh sampah organik saja yang bisa dijadikan kompos tanaman.

Namun pihaknya mengaku, dibutuhkan penyesuaian, terlebih sampah di sekolah banyak dari plastik yang dihasilkan dari makanan siap saji yang dijual di kantin sekolah. Untuk itu, pihak sekolah membeli alat atau mesin pencacah (dihancurkan) dan pemilah plastik.

Mesin ini sengaja dipesan untuk membantu mencacah plastik untuk dijadikan barang bernilai. Jika sudah dipilah dan dicacah maka bisa dibuat berbagai macam kreatifitas contohnya saja vas bunga, dakron dan lain sebagainya.

Mesin pemilah sampah milik SMP Negeri 15 Yogyakarta

“Walaupun belum berfungsi secara rutin, alat ini sangat membantu kami dalam memilah dan mencacah plastik seperti botol bekas minum. Hanya saja saat ini kami masih belum mendapatkan kerjasama atau penampungan untuk sampah plastik yang sudah kami hancurkan,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu murid kelas 9B sekaligus sebagai kader keamanan pangan Sekar Andini Maltas mengungkapkan, sebagai siswi gerakan mengurangi sampah tentu sangat memerlukan waktu penyesuaian. 

Terutama sampah plastik yang dihasilakan saat membeli makan atau minuman di kantin sekolah. Oleh karenanya, sekolah memberikan peraturan untuk tidak ada plastik di sekolah dan digantikan dengan tempat makan dan minum yang dibawa dari rumah.

Siswa SMP Negeri 15 Yogyakarta Kelas 9B Sekar Andini Maltas saat diwawancarai.

“Sebagai siswa kita harus mulai bergerak mengurangi sampah plastik dari rumah dengan menerapkan peraturan sekolah. Peraturan membawa bekal minum dan makan ini sangat membantu mencegah penumpukan sampah di sekolah,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga membantu sekolah dalam mensosialisasikan gerakan mengolah sampah dan bahaya plastik sekali pakai ke siswa lainnya.

Andini juga menerapkan pilah sampah disekolah.

“Pastinya karena belum terbiasa itu berat, apalagi kalau memang sudah terbiasa untuk tidak membawa bekal dari rumah berat bagi mereka. Namun sekolah pelan-pelan mengajak kita membawa bekal agar menjadi keterbiasaan kita sampai sekarang,” ujarnya. (Hes)