Tombak Kyai Wijaya Mukti Lambang Pemimpin Makmurkan Rakyatnya

Umbulharjo - Kota Yogyakarta kaya akan adat dan budaya yang hingga kini terus dilestarikan. Salah satunya yang akan berlangsung pada tanggal 8 Agustus 2023 yakni Upacara Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti.

Untuk itu, perlunya mengetahui wawasan makna dan arti pelaksanaan Upacara Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti dengan menggelar kegiatan Sarasehan Adat dan Tradisi yang merupakan bentuk komitmen Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dalam melestarikan nilai-nilai adat dan tradisi di Kota Yogyakarta, Kamis (3/8/2023) di Hotel Gaia Cosmo Yogyakarta.
 
Kegiatan ini diikuti puluhan peserta dari  OPD di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, Pametri Wiji serta Abdi Dalem Keprajan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, kegiatan ini menjadi salah satu wujud dari kecintaan dan kebanggaan bersama terhadap kebudayaan yang ada di Kota Yogyakarta.

"Ini menjadi salah satu upaya  kita bersama dalam mendukung pelestarian dan pengembangan budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Semoga apa yang kita lakukan bersama menjadi inset wawasan arti dan makna pentingnya Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti," ujar Yetti.

Peserta mengikuti seksama Sarasehan Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti.

Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti menjadi tradisi setiap tahunnya yang dilakukan Pemkot Yogyakarta yang diselenggarakan setiap bulan suro.

Namun jika pada bulan Suro di tahun itu tidak terdapat hari Selasa Kliwon, maka waktu pelaksanaan tradisi Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti bisa diganti menjadi hari Jumat Kliwon.

Untuk diketahui, Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti merupakan Pusaka pemberian Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat kepada Pemerintah Kota Yogyakarta.

Pusaka tersebut dibuat tahun 1921 pada era Hamengku Buwono  ke VIII. Saat ini Pusaka tersebut bersemayam di ruang kerja Walikota Yogyakarta.

"Keberadaan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti bagi Pemerintah Kota Yogyakarta ini mengisyaratkan adanya pesan-pesan luhur/simbol kekuatan moral bagi pemimpin untuk selalu berusaha memakmurkan rakyatnya. Oleh karenanya upacara ini sangat kental akan adat dan tradisi," jelasnya.

Yetti mengatakan, sarasehan ini diharapkan menambah pemahaman bersama mengenai filosofi dan arti tradisi Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti yang akan dilaksanakan pada hari Selasa, 8 Agustus 2023. 

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengungkapkan, selain pentingnya pengetahuan arti dan makna Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti ini tidak lengkap jika masyarakat tidak ikut memahaminya.

Ia berharap, tidak hanya pemerintah saja yang berkontribusi saat pelaksanaan Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti tetapi masyarakat ikut serta didalamnya.

"Tidak hanya pemerintah saja yang  mengemban amanah ini tetapi arti dan maknanya juga harus dipahami masyarakat Kota Yogyakarta," katanya.

Salah satu narasumber dari Akademisi UNY/Praktisi Adat dan Tradisi Suwardi  saat memberikan materi.

Selanjutnya, Salah satu narasumber dari Akademisi UNY/Praktisi Adat dan Tradisi Suwardi mengungkapkan, kata 'Jamasan' berasal dari bahasa Jawa Kromo Inggil yang memiliki arti cuci/membersihkan atau mandi. 

Sedangkan 'Pusaka' adalah sebutan bagi benda-benda yang dianggap keramat atau memiliki kekuatan tersendiri. Oleh karena itu, perawatan keris sebagai salah satu pusaka tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

"Untuk merawat dan melaksanakan Upacara Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti ini benar-benar mereka yang konsen terhadap adat dan tradisi. Sebelum dilaksanakan biasanya melakukan puasa mutih selama tiga hari dan melalui beberapa tahap agar saat pelaksanaan, orang tersebut bersih atau suci," ungkapnya.

Ia mengungkapkan, langkah Upacara Jamasan Pusaka ini melalui beberapa tahap dimana pusaka terlebih dahulu dibersihkan dengan air perasan jeruk nipis.

Tujuannya untuk membersihkan noda dan karat yang menempel pada pucuk tombak yang terbuat dari logam. Usai dicuci, pusaka dilap menggunakan serabut kayu.

Setelah itu, pusaka disiram dengan air bersih dan dikeringkan. Selanjutnya pusaka diberi warangan dengan cara dioles berkali-kali.

Warangan ini terbuat dari arsenik yang bertujuan untuk melindungi pusaka agar tidak berkarat. Setelahnya pusaka diolesi minyak kelapa yang dicampur dengan minyak cendana. 

"Semoga pada pelaksanaan nanti, semua dapat benar-benar memaknai arti dari Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijaya Mukti. Sehingga apa yang dilakukan dapat bermakna tidak hanya pemerintah saja tetapi untuk warga Kota Yogyakarta," ujarnya. (Hes)