Gencarkan 'Mbah Dirjo' ke Wilayah, Sampah Organik Selesai di Rumah

UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta terus menggerakan pengelolaan sampah organik dengan Mbah Dirjo yakni mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja di masyarakat. Salah satunya di wilayah RT 16 Kampung Celeban Kelurahan Tahunan Umbulharjo. Pengampu wilayah yakni Mantri Pamong Praja, Lurah, RW dan RT juga diajak untuk menggerakan Mbah Dirjo di masyarakat.

“Pemerintah kota Yogyakarta sudah menggalakkan gerakan yang namanya Mbah Dirjo yaitu kepanjangan dari mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja. Intinya gerakan untuk memilah dan mengolah sampah dari rumah,” kata Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat penyerahan biolos  di RT 16 Kampung Celeban, Sabtu (12/8/2023).

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo didampingi Pimpinan Bank BPD DIY Cabang Senopati, Suroso menyerahkan unit biolos bantuan dari Bank BPD DIY untuk warga RT 16 Kampung Celeban.

Singgih memberikan contoh gerakan Mbah Dirjo dengan metode biolos yakni gabungan biopori dan losida. Dalam kesempatan itu diserahkan 2 unit biolos bantuan dari Bank BPD DIY untuk warga di RT 16 Kampung Celeban. Menurut Singgih, biolos memiliki kelebihan karena saat memanen kompos hasil olah sampah organik tinggal menarik pipa paralon di bagian dalam. 

Meski demikian metode biolos itu hanya salah satu contoh pengolahan sampah organik. Masyarakat bisa memilih, menggunakan metode lain seperti biopori, ember tumpuk dan lodong sisa dapur untuk mengolah sampah organik. 

Singgih mencontohkan cara memanen kompos dari pengolahan sampah organik dengan metode biolos, tinggal menarik pipa bagian dalam. 

“Sekarang ini karena TPA Piyungan tutup kita harus mengelola dengan baik sehingga sampah organik yang selama ini diresidukan dititipkan ke penggerobak atau depo, sekarang kita harus pilah dan diolah bisa juga dengan biopori ember tumpuk dan losida,” tambah Singgih.   

Singgih menegaskan sejak awal Januari 2023, Kota Yogyakarta juga memiliki gerakan zero sampah anorganik. Gerakan itu sukses menurunkan volume sampah di Kota Yogyakarta dari sekitar 300 ton/hari menjadi 200 ton/hari sejak 6 bulan lalu. Singgih menyebut gerakan Mbah Dirjo untuk mengelola sampah organik yang dicanangkan dua minggu lalu sudah mengurangi volume sampah sampai sekitar 30 ton/hari.

Masyarakat di RT 16 Kampung Celeban antusias dan bertanya terkait metode biolos untuk mengolah sampah organik.

“Kalau masyarakat semua melaksanakan ini (Mbah Dirjo), Insya Allah sampah organik  akan selesai di tingkat hulu sehingga beban yang harus dibuang ke Piyungan akan semakin berkurang. Ini kesempatan kita di masa yang sangat darurat ini. Saya minta tolong Pak Mantri, Pak Lurah. Pak RW dan Pak RT ikut menggerakkan ini,” terangnya.

Sementara itu Ketua RT 16 Kampung Celeban Suratim menyambut baik program Mbah Dirjo dan fasilitasi 2 unit biolos tersebut. Dia mengaku selama masa darurat sampah. Sebagian warga mulai mengelola sampah secara mandiri. Salah satunya dengan membuat lubang, ember tupuk dan losida. Bantuan 2 unit biolos itu akan ditanam di lahan salah satu warga dan bisa digunakan bersama.

Ketua RT 16 Kampung Celeban, Suratim mendampingi Singgih saat mencoba menanam unit biolos.

“Dengan adanya program ini tentunya sangat sangat bermanfaat sekali. Kita antusias menyambut apa program ini. Selama ini ada yang dikelola secara mandiri seperti ember tumpuk dan losida, tapi memang sulit untuk memanennya dibandingkan biolos,” tutur Suratim.

Pihaknya siap untuk mengenalkan gerakan Mbah Dirjo di masyarakat. Suratim menyatakan sebenarnya sebelum ada gerakan itu, wilayahnya sudah merencanakan pengolahan sampah di tingkat rumah.(Tri)

 

Para tokoh masyarakat di RT 14 Kampung Celeban foto bersama dengan Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo didampingi istrinya selaku Ketua TP PKK Kota Yogyakarta.