TPST Karang Miri Giwangan Kelola Sampah Jadi Pakan Ikan

Umbulharjo - Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengunjungi bekas SD Karang Miri yang kini difungsikan sebagai Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST). TPST Karang Miri sejak tahun 2013 dijadikan sebagai pusat pengolahan sampah bagi warga Kampung Karang Miri Kelurahan Giwangan Kemantren Umbulharjo.

Singgih mengatakan, TPST Karang Miri dalam mengelola sampah sangat luar biasa rapi dan inovatif. Ia mengapresiasi kemandirian warga dalam mengelola sampah.

 "Ini sangat luar biasa, pengelolaan sampah yang lumayan cukup lama dan kita akan pelajari terlebih dahulu, kemudian kita kembangkan menjadi tempat menyelesaikan sampah terutama di Kelurahan Giwangan,"jelas Singgih saat diwawancarai di TPST Karang Miri, Minggu (20/8/2023).

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo bersama Ketua Kelompok Maggot Karang Miri sedang melihat pengelolaan sampah yang dijadikan maggot untuk pakan ikan.

Selain itu, Singgih melihat masih ada lahan yang kosong untuk bisa digunakan oleh warga Kampung Karang Miri, bahkan sampai ke level Kelurahan.

Pihaknya berharap, pengelolaan sampah di TPST Karang Miri terus dikembangkan agar nantinya dapat memberikan manfaat, dan menjadikan Kampung Karang Miri tempat destinasi dan edukasi pengelolaan sampah.

"Masih ada satu lahan bekas ruang kelas yang bisa digunakan, potensinya cukup bagus dan ini bisa dikembangkan untuk menyelesaikan permasalah sampah  di satu kelurahan yaitu Kelurahan Giwangan,"ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Maggot Lele Kampung Karang Miri RW 8 Priyono mengungkapkan, TPST Karang Miri sudah berjalan sejak tahun 2000. Sejak saat itu inisiatif warga untuk mengelola sampah dilakukan dan berlanjut pada budidaya maggot dari hasil sampah rumah tangga yang dimulai pada tahun 2022.

Selain sampah dijadikan pakan maggot, Singgih Raharjo juga melihat proses sampah dedaunan dari warga dijadikan kompos atau pupuk tanaman.

"Kami mengelola sampah sisa hasil rumah tangga di RT 22,23 dan 24. Untuk satu hari sampah yang ada di tiga RT ini mencapai 30 kg sampah dan menjadi makanan maggot. Dari hasil maggot ini kita jadikan makanan lele dan ikan lainnya. Bahkan kita kembangkan untuk membuat pelet dari bahan maggot tersebut,"jelasnya.

Priyono menambahkan, dapat menghasilkan baby maggot sebanyak 10 kg setiap bulannya. Selain itu, sampah yang bersifat kering seperti daun, ranting dan lain sebagainya diendap dan dijadikan kompos tanaman yang bisa dijual dan diberikan ke warga sekitar.

Ia berharap, ke depannya akan diperluas lagi untuk pengelolaan sampah dan mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk membeli alat pengolah sampah.

Singgih Raharjo ditemani warga saat berada di TPST Karang Mili, RW 8 , Kelurahan Giwangan Kemantren Umbulharjo Yogyakarta.

"Selama ini sampah jadi masalah, ini butuh perhatian dari kita agar sampah diolah dengan sedemikian rupa. Agar nantinya sampah setelah diolah jadi berkah dan menjadi rezeki di wilayah kita," ujarnya.

Salah satu warga Giwangan RW 8 Purbudi Wahyuni mengungkapkan, sampai saat ini warga Karang Miri terus mengelola dan memilah sampah secara mandiri dan disetorkan ke TPST Karang Miri untuk diolah menjadi maggot dan kompos.

"Warga rajin memilah sampah anorganik dan organik karena kami sudah melakukan sejak lama, dan sudah ada ember di setiap rumah. Jika sampah sudah terkumpul warga akan langsung menyetorkan kesini. Semoga program ini berkelanjutan dan akan ada penambahan alat untuk memaksimalkan pengelolaan sampah di TPST Karang Miri,"  jelasnya. (Hes)