Warga Tertarik Belajar Pengolahan Sampah Organik di Taman Pintar

Gondomanan - Taman Pintar mampu mengelola dan menyelesaikan sampah yang diproduksi hingga 60 persen dengan metode Integrative Eco Management.

Hal itu dikatakan Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasaran Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Budaya Kota Yogyakarta Karmila, saat diwawancara pada Rabu (23/8). Pihaknya menjelaskan, metode tersebut sudah dilakukan sejak akhir 2018, dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan dalam pengelolaannya.

“Ini juga bagian dari pariwisata berkelanjutan, jadi sampah yang ada di Taman Pintar diolah secara mandiri, memang belum seratus persen bisa diselesaikan, tapi sekitar 60 persen sampah dapat ditangani,” jelasnya.

Kepala Seksi Kerjasama dan Pemasaran UPT Pengelolaan Budaya Kota Yogyakarta, Karmila.

Dalam satu hari jumlah sampah yang diproduksi Taman Pintar pada hari biasa antara 200 sampai 300 kilogram, sementara di akhir pekan, saat ada pameran, ataupun high season mencapai 1.000 hingga 1.200 kilogram, lanjut Mila.

“Sampah organik dikelola menggunakan metode biopori, komposter dan budidaya lalat hitam, kalau sampah anorganik dikelola oleh pihak ketiga yaitu Rapel, dan sampah residu diangkut Dinas Lingkungan Hidup,” terangnya.

Zona Pengelolaan Sampah Taman Pintar.

Sebagian besar sampah di Taman Pintar itu anorganik, kata Mila. Seperti botol minum dan kardus makanan, kalau sampah organik itu daun dan sisa makanan dari pengunjung yang membawa bekal maupun dari food court.

“Pengelolaan sampah mandiri yang kami lakukan bukan hanya sebagai reaksi atas terjadinya darurat sampah, tapi kami membawa misi untuk mengajak dan mengedukasi masyarakat, agar memiliki kemauan untuk memilah sampah hingga mengelolanya dimulai dari cara sederhana,” pungkasnya.

Mungkin dengan perbedaan sumber daya manusia dan fasilitas yang tersedia, metode pengelolaan sampah bisa berbeda-beda, tambah Mila. Taman Pintar terbuka dan siap memberikan pelatihan secara langsung, tentang berbagai cara pengelolaan sampah mandiri di Zona Pengelolaan Sampah tanpa dipungut biaya.

Pengelolaan sampah organik dengan komposter di Taman Pintar.

Sejalan dengan itu, Penanggung Jawab Pengelolaan Sampah Taman Pintar, Anggi Fanani mengatakan, sejak TPA Piyungan ditutup bulan lalu, makin banyak masyarakat yang datang ke Taman Pintar untuk belajar cara pengolahan sampah terutama sampah organik.

“Mulai dari Karang Taruna, PKK dan juga sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta banyak yang belajar di Zona Pengelolaan Sampah, edukasinya seputar jenis sampah, bagaimana pemilahannya, hingga praktik mengolah sampah organik,” katanya saat ditemui di Taman Pintar, Kamis (24/8).

Tempat sampah sesuai jenisnya, lubang biopori dan komposter di Taman Pintar.

Sampah organik di Taman Pintar bisa dikatakan sudah 90 persen dapat teratasi, jelas Anggi. Dengan adanya 24 lubang biopori, tabung komposter juga peternakan lalat hitam. Bahkan hasil dari olahan sampah organik, seperti pupuk kompos dan maggot ataupun lalat hitam dapat dimanfaatkan langsung untuk tanaman dan ikan juga burung di Taman Pintar.

“Jadi siklusnya berputar terus, sampah organik yang ada diolah, kemudian hasilnya dimanfaatkan kembali, untuk sampah sisa makanan yang diolah dengan budidaya lalat hitam bisa menampung hingga 200 kilogram, sementara lubang biopori mampu menampung 150 kilogram sampah daun dan ranting yang telah dicacah,” ujarnya.

Anggi juga menambahkan, Zona Pengelolaan Sampah Taman Pintar dapat memberikan edukasi dan pelatihan secara gratis bagi masyarakat umum. Caranya tinggal mengajukan surat permohonan, kemudian nanti akan dihubungi kapan waktu pelaksanaannya. (Jul)

Tanaman obat-obatan yang dibudidayakan di Taman Pintar menggunakan pupuk organik hasil dari pengolahan sampah menggunakan komposter.