Infak: Sebuah Tindakan Mulia yang Harus Dijauhkan dari Riya

Infak, dalam Islam, adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan. Secara harfiah, infak berarti memberikan sebagian harta yang dimiliki kepada orang lain sebagai bentuk amal kebajikan. Namun, seperti halnya ibadah lainnya, niat yang tulus dan ikhlas sangatlah penting dalam melakukan infak. Sayangnya, ada fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat, yaitu infak yang dilakukan dengan disertai riya atau kesombongan. Artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang infak dan bahaya riya yang terkandung di dalamnya.

Pertama-tama, penting untuk memahami konsep infak dalam Islam. Infak bukanlah sekadar memberikan sebagian harta kepada yang membutuhkan, tetapi lebih dari itu, infak merupakan pengorbanan yang dilakukan atas dasar iman dan kecintaan kepada Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Quran, “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (QS Ali Imran: 92). Dari ayat ini, jelas bahwa infak harus dilakukan dengan ikhlas dan tanpa pamrih.

Namun, dalam prakteknya, seringkali manusia tergoda untuk menunjukkan amal baik mereka kepada orang lain. Hal ini dapat mengarah pada riya, yaitu memperlihatkan amal kebajikan semata-mata untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari manusia, bukan karena Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang itu akan mendapatkan apa yang dia niatkan” (HR Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, riya merupakan perbuatan yang sangat tercela dalam Islam.

Bahaya riya dalam infak sangatlah besar. Pertama, riya dapat merusak ikhlasnya amal ibadah. Ketika seseorang melakukan infak dengan niat riya, maka amal tersebut tidak lagi dianggap sebagai ibadah yang diterima oleh Allah SWT, melainkan sebagai pameran kesombongan yang sia-sia. Kedua, riya dapat merusak hubungan seseorang dengan Allah SWT. Allah SWT mencintai hamba-Nya yang ikhlas dalam beribadah, sedangkan riya adalah bentuk kemunafikan yang menjauhkan manusia dari rahmat dan keberkahan-Nya.

Bagaimanakah cara menghindari riya dalam berinfak? Pertama-tama, seseorang harus selalu mengingatkan dirinya sendiri bahwa semua amal baik yang dilakukan adalah semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, berinfak secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh orang lain merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari riya. Rasulullah SAW bersabda, “Tujuh golongan manusia akan mendapatkan naungan Allah di hari yang tidak ada naungan selain naungan-Nya, di antaranya adalah seseorang yang bersedekah dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya tidak mengetahui” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam kesimpulannya, infak merupakan ibadah yang sangat mulia dalam Islam. Namun, infak yang dilakukan dengan riya dapat menghilangkan nilai ibadah tersebut di mata Allah SWT. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi setiap Muslim untuk menjauhkan diri dari sikap riya dalam berinfak dan selalu mengutamakan niat yang ikhlas semata-mata untuk mencari ridha Allah SWT.