TAS Beringharjo Jadi Percontohan

Taman Anak Sejahtera (TAS) Beringharjo menjadi tuan rumah silaturahmi nasional anak TAS Nasional 2017. Sejumlah pengurus dan pengelola TAS dari berbagai daerah berkumpul di TAS Beringharjo, sabtu (4/11).

Rombongan kunjungan nasional tersebut diterima langsung Wakil Pengelola TAS Beringaharjo Poerwati Soetji Rahajoe di halaman TAS Beringaharjo Yogyakarta.

Ia menuturkan, keberadaan TAS Beringaharjo terinspirasi dengan aktivitas pedagang di pasar beringharjo. “Salah satu ide utamanya adalah untuk memberikan kemudahan pedagang pasar menitipkan anak,” jelasnya.

Keberadaan TAS itu pun sangat membantu sebagian pedagang maupun buruh yang bekerja di pasar itu, yang sebelumnya kerap sulit untuk menitipkan anaknya saat mereka harus beraktivitas di pasar.

Namun demikian, ia menegaskan bahwa kurikulum TAS Beringharjo tidak beda dengan TAS pada umumnya.

“Atas kerja sama dengan Kementerian Sosial, akhirnya TAS Beringharjo memiliki kurikulum yang sama. Yang membedakan hanyalah ini merupakan TAS khusus pasar, sama halnya seperti TAS khusus pabrik, khusus rumah sakit, dan perkantoran,” jelasnya.

Poerwati menuturkan, TAS Beringharjo merupakan satu-satunya TAS yang berada di pasar tradisional. “Ini satu-satunya yang ada di Indonesia, tidak jarang menjadi jujugan studi banding dari daerah lain,” ucapnya.

Kepala Sekolah TAS Beringharjo Ari Nunik Kurniawati menambabkan TAS Beringharjo memang diperuntukkan bagi anak-anak pedagang pasar. Namun, sambung Nunik, ada juga anak-anak pedagang toko disekitar beringharjo yang sekolah di TAS Beringharjo.

“Setiap tahun, TAS Pasar Beringharjo hanya bisa menampung maksimal 70 anak, yang terdiri dari 50 anak pedagang dan karyawan pedagang Pasar Beringharjo, dan 20 lainnya untuk anak-anak karyawati toko di sekitar Malioboro,” urainya.

Terkait biaya, Nunik menjamin TAS Beringharjo tidak mematok harga tinggi. “Justru disini sangat murah, sehari hanya Rp.8 ribu. Udah dapat makan, sncak dan mandi sebelum pulang,” jelasnya.

Sementara itu Ketua Rombongan, Tutik mengaku terkesan dengan TAS Beringharjo karena baru pertama di Indonesia. Menurutnya TAS Beringharjo pantas dijadikan teladan bagi daerah lain, sehingga, kata Tutik, kunjungan tahun ini memang sengaja dipusatkan di TAS Beringharjo.

“Ide sekolah khusus untuk para pedagang harus diperbanyak di Indonesia mengingat, para pedagang juga butuh sekolah yang lokasinya tidak jauh dari tempat kerjannya,” jelas dia.

TAS Beringharjo mungkin menjadi salah satu contoh untuk menggeliatkan daerah lain. Apalagi disini kurikulumnya juga sudah standart, tidak berbeda dengan TAS lainya. (Tam)