Wakil Walikota : Ayo, Gotong Royong Reresik Bebarengan Kota Yogyakarta

Warga masyarakat dari 14 Kecamatan , Minggu pagi (06/08/2017) melakukan kerja bakti membersihkan lingkungannya. Kegiatan ini  bertagline Ayo, Gotong Royong Reresik Bebarengan. Wakil Walikota Yogyakarta ikut hadir bersama warga di kecamatan Ngampilan.

 Reresik bebarengan, merupakan  gerakan yang mengambil momentum menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT)  RI ke-72 Kemerdekaan Indonesia,   adalah upaya untuk menumbuhkan dan menebalkan kembali semangat gotong royong di lingkungan kota Yogyakarta. “Jadi, kalau kita idiomkan bahwa kota Yogyakarta itu adalah kampung besar, kita ingat pada  jaman dulu betapa berdayanya masayarakat mengelolah dirinya sendiri  termasuk pada saat menjelang momentum  tertentu dan pada periodik waktu tertentu,  warga masyarakat mengadakan aktivitas,  minimal membersihkan lingkungan sendiri. Itu dimensinya. Bukan hanya konteks lingkungan atau fisik saja  tetapi dalam konteks sosial dan ekonomi,” ujar Wakil Walikota Yogyakarta, Drs. Heroe Poerwadi, MA di sela kerja bakti bersih lingukungan di Wilayah  RW.03 Kelurahan Notoprajan, Minggu ,(06/08/2017) pagi.

Dalam konteks sosial, kedekatan  atau relasi sosial masyarakat ini yang harus dijaga. Kadang kadang kita itu berkerumun atau beraktivitas dalam kerumunan tetapi kita asyik dengan dunia sempit kita sendiri. Berkomunikasi dengan lingkungan kita yang jauh melalui gedjet ataupun handphone seluler. Sementara relasi relasi yang sering bertemu, saling sapa saling ngarohke  ini juga tetap harus dijaga.

Kemudian gotong royong secara ekonomi menurut Heroe adalah bagaimana kita memelihara aktivitas perputaran ekonomi lokal dalam tingkat kampung tetap berlangsung. Kalaupun toh kita butuhkan dan bisa,  kita belanja di warung tetangga kita, kenapa kita harus belanja di tempat yang jauh, di tempat yang menurut kita lebih afdol atau lebih moderen.

Kedepan kita juga ingin membangun kebersamaan itu tidak hanya pada lingkup sosial, budaya dan segala macam  tetapi juga lingkup ekonomi. Kita ingin nanti ada pengembangunan ekonomi berbasis pada kebersamaan. “Jadi larisi warung warung tetangga. Itu harus kita sadarkan dan  kita gerakan,” tambahnya.
Melalui semangat Ayo, gotong royong ini Heroe berharap  akan membawa Jogja ke depan yang lebih semedulur, Jogja yang lebih bersih, Jogja yang lebih memiliki ikatan sosial dan kebersamaan dan bersama sama kita akan membawa Jogja yang lebih istimewa.

Wakil Walikota Yogyakata itu mengatakan, tanggal , 06 Agustus 2017  pemerintah Kota Yogyakarta memang mengajak semua warga kota Yogyakata untuk “bareng bareng reresik kutho” (bersama membersihkan kota). Bersama sama  membersihkan lingkungan. Dari sini akan dimunculkan kembali semangat gotong royong.

Kegiatan yang bertagline "Ayo Reresik Bebarengan" ini dilakukan secara bersama di 14 Kecamatan dan 45 Kelurahan sekota Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak warga bersama menjaga dan memelihara kebersihan lingkungan terutama pada pembersihan Saluran Air Hujan (SAH), Gorong Gorong dan Lingkungan sekitar rumah warga.

Kegiatan ini juga untuk mengantisipasi datangnya musim penghujan. Wakil Walikota  ingin semua gorong gorong dan dan hal hal yang terkait dengan kemungkinan potensi terjadinya genangan air hujan atau banjir sudah sejak awal diantisipasi. 

Wakil Walikota mengatakan kegiatan ini adalah langka awal untuk  menggerakkan masyarakat. “Dalam membangun kota Yogyakarta harus  berbasis pada kebersamaan dan gotong royong. Itu inti dari semuanya. Supaya kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar itu kita tingkatkan terus. Agar kita bisa bersama sama menikmati kenyamanan Kota Yogyakarta, dan  lingkungan terdekat kita,”imbuhnya.


Kegiatan yang melibatkan kebersamaan warga masyarakat ini akan diagendakan secara rutin. Kegiatan ini merupakan  langkah awal. Nantinya akan dievaluasi. Wawali  yakin apabila sudah berjalan dua atau tiga kali,  akan terbangun kesadaran bersama menjaga lingkungan dan tentu saja  menjaga Adipura  supaya terus bersemayam di Kota Yogyakarta.

Sementara itu Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota Yogyakarta menambahkan kegiatan reresik bebrengan ini akan diagendakan secara rutin, dengan melibatkan seluruh potensi yang ada di masyarakat kota Yogyakarta.  Tapem akan menggerakkan warga dengan berkoordiansi dengan para Camat, Lurah,  LPMK, RT, RW.  Ke depan, Tapem mendorong stimulan yang diberikan kepada setiap RW agar dapat  digunakan untuk kegiatan kebersihan di wilayah. 


Ir. Suyono Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta juga mengapresiasi kegiatan bersama membersihakan lingkungan secara serentak di 14 Kecamatan 45 kelurahan. Dirinya Berharap pola hidup bersih dan bersih lingkungan harus menjadi sebuah kebiasaan atau habit. “Kalau semua masyarakat merasa bahwa hidup bersih merupakan sebuah habit atau kebiasaan, saya yakin suatu saat kegiatan kerja bakti itu mungkin “diharamkan”. Karena ngapain harus kerja bakti, wong setiap hari sudah berperilaku bersih,” ujar Suyono.


Ahmad Zainuri ketua RT.19 Kelurahan Notoprajan juga berkomentar. Menurutnya, kegiatan kerja bakti di kampung hendaknya tidak hanya dilakukan pada momentum tertentu seperti menyambut ulang tahun kemerdekaan atau tujuh belasan.  Tetapi dilakukan setiap minggu ke berapa dalam bulan sesuai kesepakatan warga.  “Seperti kita, sudah ada jadual kegiatan untuk setiap minggu pertama dalam bulan kita mengadakan kerja bakti membersihkan  lingkungan . Dan kita ingatkan terus. Karena tanpa itu kita akan akan lupa. Kebersihan itukan juga  bagian dari hal yang penting di lingkungan kita, sehingga harus betul betul diperhatikan,”katanya.


Hal ini  juga dibenarkan Mahmudi, kepala Seksi Pembangunan di RW.03.  Menurutnya kerja bakti membersihkan lingkungan telah dijadualkan di setiap minggu pertama. Kerja bakti ini dilanjutkan keluar lingkungan termasuk membersihkan gorong gorong.  Mahmudi mengatakan bahwa gorong gorong di wilayahnya termasuk berukuran kecil.  Kalau tidak sering dibersihkan maka akan terjadi pelumpuran dan akan memacetkan jalan air dan berakibatkan tergenangnya air dan meluap ke jalan. “Ini sangat membahayakan dari segi kesehatan,”ujarnya.


Mahmudi  membantah adanya kesan bahwa gorong gorong , SAH dan lain lain merupakan milik DLH, atau Kimpraswil sehingga yang membersihkan harus dari Dinas terkait. “Bangunan itu,  ketika diserahkan  oleh dinas terkait kepada warga masyarakat, maka tugas pemeliharaannya diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Masyarakat berkewajiban merawat, menjaga dan memperhatikan. Bahkan yang seharusnya membangun itu masyarakat,  termasuk gorong gorong, SAH, dll.  Karena itu merupakan kebutuhan masyarakat, kepentingan masyarakat, manfaatnya pun untuk masyarakat sekitarnya.  Bila perlu pemerintah itu hanya memberikan stimulan saja melalui  PNPM dan lainnya. Kemudian kita yang merawat,” tegasnya.


Mahmudi beharap kedepan kebersamaan seperti ini tetap diperhatikan  dan stimulan dari pemerintah  tetap diharapkan.  Perlu adanya kerja sama warga masyarakat dengan pemerintah. Sehingga ketika warga masyarakat tidak mampu untuk membuat atau mengadakan maka pemerintah diharap hadir saat itu. Sebaliknya ketika pemerintah sudah mampu melakukan pembangunan dan diserahkan kepada warga masyarakat, maka tugas waraga masyarakat harus memelihara dan menjaganya. “Disini dibutuhkan kerjasama antar semua stake holder, antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya. (@mix)