IDUL FITRI MENUMBUHKAN SEMANGAT UKHUWAH ISLAMIYAH DAN UKHUWAH BASYARIAH (Persaudaraan Kemanusiaan)

“ Sesungguhnya Orang-orang itu Bersaudara. Sebab itu damikanlah (perbaikilah hubungan) antar kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (QS. Al-Hujurat/49:10)

Dalam kaitannya dengan Idul Fitri, bila Idul Fitri diartakan sebagai agama yang benar maka hal tersebut menuntut keserasian hubungan, inidikarenakan keserasian merupakan tanda keberagaman yang benar. Dalam hal ini Nabi Muhammad SAW bersabda, “ Dengan Demikian, setiap yang Beridul fitri, harus sadar bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan, dan dari kesalahan itu, ia bersediam memberi dan meminta maaf”. Dengan Beridul fitri dapat dijadikan sebagai momentum menguatkan persaudaraan sesama sehingga upaya menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih nyaman, rukun, damai, sejahtera, maju dan mandiri dapat tercapai, hal ini disampaikan Walikota Yogyakarta, Haryadi suyuti saat menjadi Khotib Sholat Idul Fitri di lapangan Karang waru Minggu (25/06) beberapa waktu yang lalu.

Dikatakan Haryadi, nilai-nilai kemanusiaan yang tercermin dalam pelaksanaan ibadah di bulan suci ramadhan sejalan dengan Firman Allah SWT dalam (QS. Al-Hujurat/49:13). Dimana ayat tersebut melihat, sesungguhnya faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas maupun arti sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan semakin kokoh pula persaudaraan. Persamaan dalam rasa dan cinta merupakan faktor yang sangat dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakkiki dan yang pada akhirnya menjadikan seorang saudara merasakan derita saudaranya.

“Kalau kita mengartikan Ukhuwah dalam arti persamaan sebagaimana arti asalnya dalam beberapa ayat dan hadits, kemudian merujuk pada Al-Qur’an dan sunnah, maka paling tidak dapat kita temukan ukhuwah tersebut tercermin dalam empat hal, yakni, Ukhuwwah fi al-‘ubudiyah yaitu bahwa seluruh makhluk adalah bersaudara. Ukhuwwah fi al-insaniyah dalam arti bahwa seluruh manusia adalah bersaudara, karena mereka bersumber dari ayah dan ibu yang satu. Ukhuwwa fi al-wathaniyah wa al-nasab, yaitu persaudaraan dalam kebangsaan dan keturunan. Serta yang keempat adalah Ukhuwwah fi din al-Islam, yaitu persaudaraan antar sesama Muslim”, kata Walikota Yogyakarta.

Haryadi menambahkan, Ibadah Bulan Puasa Ramadhan yang merupakan salah satu rukun Islam mengandung berbagai aspek nilai yang luas. Puasa berarti melatih kemampuan penguasaan dan pengendalian diri secara penuh dengan menahan makan dan pembicaraan bahkan pikiran yang sia-sia. Orang yang berpuasa akan memberikan kesempatan dan memupuk pertumbuhan aspek lainnya darihakekat wujud dirinya berupa mental rohani sehingga manusia bisa menjadi Makhluk yang mulia.

“Ia menjadi pribadi yang mampu mengenal dirinya sehingga akanmengenal dirinya sehingga akan mengenali pula Al-Khalik man’arafa nafsahu faqad’arafa rabbahu. Dengan merasakan lapar dan dahaga seorang yang berpuasa akan menumbuhkan sifat empati dan simpati terhadap golongan yang merasakan penderitaan dalam kehidupannya”, tandas Haryadi.

Sementara itu menurut ketua Panitia Gani Supriyanto, menjelaskan Sholat Idul Fitri 1 Syawal 14 38 H tahun ini hanya sebagian warga masyarakat Karang waru yang berada diwilayah sebelah utara, bertindak sebagai Imam Ustad H. Amru Syaifuddin, Al Hafidz. Adapaun perolehan zakat Mal sebesar Rp. 88. 057.500,- Infak Ramadhan sebesar Rp. 260.389.30 serta zakat Fitrah sebesar Rp. 21. 472.000.