Peluncuran Gerakan Sosial Karangwaru Bergerak Kecamatan Tegalrejo

Program Penataan Lingkungan Berbasis Komunitas (PPLBK) di Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo telah berjalan sejak 2010. Program ini diprioritaskan kepada kegiatan pengentasan kemiskinan dengan skala prioritas penataan Kawasan Bantaran Sungai Buntung.

Pemilihan skala prioritas penanganan Kawasan Bantaran Sungai Buntung didasarkan pada pemetaan partisipatif yang dilakukan oleh dan dari masyarakat Kelurahan Karangwaru. Sungai Buntung yang membelah Kelurahan Karangwaru dari utara hingga selatan dinilai sebagai sumber kekumuhan, kemiskinan, dan masalah sosial lain.

Penataan Sungai Buntung terbagi dalam enam segmen. Segmen pertama pada 2011 silam menggunakan bantuan dari pemerintah pusat. Karena dinilai berhasil, berlanjut hingga segmen berikutnya. Mengawali 2017, penataan Sungai Buntung dilanjutkan pada segmen empat lanjutan, di mana sebelumnya segmen empat dikerjakan pada rentang waktu tahun 2012-2013.

Pelaksanaan segmen empat lanjutan tahun 2017 masih menggunakan anggaran APBN melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebesar Rp7,6 miliar yang difokuskan pada penataan infrastruktur kawasan. Sementara beberapa rumah yang terdampak dari penataan Sungai Buntung tidak boleh dibiayai oleh dana tersebut.

Untuk mendukung pembiayaan yang bersifat swadaya, pada Minggu (21/5), bertempat di Titik Nol Karangwaru Riverside (KRS) diluncurkanlah Gerakan Sosial Karangwaru Bergerak bersamaan dengan Minggu Guyub #5 yang rutin dilaksanakan setiap minggu ketiga tiap bulannya.

“Karangwaru Bergerak ini merupakan akronim dari Bersama (Guyub Rukun) Gumanti Esti Rahayuning Andum Kartana yang bermakna bersama-sama bersinergi, berkolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan perguruan tinggi,” demikian disampaikan Ketua Umum Gerakan Sosial Karangwaru Bergerak yang juga dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, Edy Suandi Hamid.

Dengan Gerakan Sosial Karangwaru Bergerak, diharapkan dapat menjadi solusi permasalahan selama penataan lingkungan kumuh di Karangwaru.

Acara dihadiri Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan (Forkompinca) Tegalrejo Herry Zudianto, Kepala BRI Kanwil DIY, beberapa akademisi yang bertempat tinggal di Karangwaru, serta beberapa perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kota Yogyakarta.

Camat Tegalrejo, Sutini Sri Lestari, mengatakan, Gerakan Sosial Karangwaru Bergerak dapat dikatakan sebagai lanjutan Gerakan Segoro Amarto.

“Dengan Gerakan Sosial Karangwaru Bergerak, semakin menunjukkan bahwa sikap sosial masyarakat di wilayah Kecamatan Tegalrejo masih tinggi. Ke depannya, akan kami bangun sikap dalam bersama-sama, bergotong royong untuk mengentaskan kemiskinan seperti ini di wilayah lain. Harapannya, kelak tidak ada lagi masyarakat di wilayah kami yang mengharapkan bantuan pemerintah melalui KMS,” tandas Sutini.

Karangwaru, Contoh Terbaik

Saat acara, Herry Zudianto memberikan testimoninya. Menurut mantan Walikota Yogyakarta ini, Karangwaru telah memberikan contoh terbaik penataan kawasan bantaran sungai. Dia berpesan untuk selalu menjaga apa yang telah dibangun melalui PPLBK.

Sementara itu, Subandono selaku Pimpinan Kolektif Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Tri Waru Mandiri yang sekaligus pendamping Program Kotaku Kelurahan Karangwaru menyampaikan bahwa sejak 2011 hingga sekarang, telah lebih dari 500 orang, baik perorangan maupun kelompok, yang datang ke Karangwaru Riverside.

“Ini membuktikan kalau program PPLBK Karangwaru telah menjadi magnet dan daya tarik bagi pihak luar untuk meniru pengelolaannya. Hingga perwakilan dari World Bank pun juga pernah singgah di sini, melihat langsung perubahan dan hasil dari PPLBK,” kata Subandono.

Acara pagi itu ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh Edy Suandi Hamid dan Herry Zudianto untuk diserahkan kepada Lurah Karangwaru, Suhardi. Masyarakat yang hadir secara bersama-sama membunyikan permainan tradisional, othok-othok, sehingga menambah semarak suasana di Kawasan Titik Nol Karangwaru Riverside. (Kurniawan Sapta Margana/Kecamatan Tegalrejo)