Gerakan Indonesia Membaca Kota Yogyakarta Resmi Diluncurkan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) secara resmi meluncurkan gerakan Indonesia membaca di Kota Yogyakarta, sabtu (6/5). Gerakan ini menandai keseriusan Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mewujudkan Kota literasi.

Acara yang digelar di Gedung Wiyata Grha Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ini dihadiri langsung oleh Kepala Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Emil Emilia, serta segenap lembaga dan tokoh penting dalam dunia pendidikan.

Ia pun mengaku terkesan dengan perkembngan literasi di Kota Yogyakarta, ia mengingatkan agar budaya literasi tidak hanya ditekankan kepada siswa tetapi juga guru di sekolah. Guru diharapkan mampu membuat sebuah buku.

"Pengembangan literasi di sejumlah sekolah di Kota Yogyakarta sudah sangat mengesankan. Siswa bisa menulis dan membuat buku," ungkapnya.

Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta, Sulistiyo dalam sambutanya yang dibacakan Sekretaris Daerah Titik Sulastri menuturkan, Pemerintah Kota Yogyakarta sangat menyambut baik dan siap mensukseskan Gerakan Indonesia Membaca (GIM).

 “Hal itu kami tandai dengan melaksanakan beberapa kegiatan diantaranya, Membuat Rencana Aksi Daerah Yogyakarta sebagai Kota Literasi, Membentuk Kampung Literasi, Pameran Literasi, Pemberian Apresiasi Literasi dan Peresmian Pojok Baca di Shelter Bus Trans Jogja,” ungkapnya.

Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan, lanjut Sulistiyo, dimana salah  satu ciri khasnya yaitu secara fisik adalah banyaknya sarana prasarana pendidikan, dan secara non fisik adalah budaya masyarakat yang ditandai dengan kentalnya atmosfir akademis, diantaranya dengan membaca.

” Budaya baca yang tinggi tentu merupakan bagian integral yang tak dapat dipisahkan, bahkan harus beriringan dengan pengembangan budaya akademis,” imbuhnya.

Menurutnya, Bagi masyarakat Yogyakarta yang multikultur, budaya baca tentu dapat menjadi jembatan atau media untuk saling berinteraksi sehingga melahirkan kesepahaman antar berbagai entitas dan budaya yang ada dalam masyarakat.         

Dalam kesempatan itu, Sulistiyo pun mengajak kepada seluruh pemangku kebijakan dan seluruh masyarakat untuk membudidayakan membaca sebagai sarana membentuk masyarakat literasi yang mutlak diperlukan bagi kemajuan sebuah bangsa.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edu Heri Suasana menjelaskan, pengembangan literasi tidak hanya dilakukan di nsekolah formal dan non formal saja, tapi juga harus dilakukan oleh masyarakat sehingga program literasi bisa berkelanjutan.

Edi menguraikan, di sekolah kegiatan literasi bisa dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai.mengadakan pelatihan penulisan, menyediakan pojok buku dan kegiatan sejenis lainya.

“Sementara di tengah masyarakat kegiatan literasi kami kembangkan dengan membentuk kampong literasi di kampong tegalpanggung, serta membentuk nkampung sains di kampong karangkajen,” jelasnya.

Edi menambahkan, Dinas Pendidikan kini tengah menyusun rencana aksi dengan berpijak pada enam penguasaan dasar literasi yakni, literasi baca tulis, berhitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, serta literasi budaya dan kewarganegaraan. (Tam)