Bendung Aksi Klitih dengan Mengoptimalkan Peran Perempuan

Dalam rangka memperingati Hari Kartini yang ke 138 yang jatuh pada 21 April mendatang, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Panitia Hari Kartini Kota Yogyakarta menggelar seminar bertajuk “Dengan Semangat Kartini Kita Tingkatkan Ketahanan Keluarga”.

Menurut Ketua Panitia Seminar ini, Dwi Astuti Amd, Seminar ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh perempuan yang memiliki potensi yang sama dengan laki-laki tanpa menghilangkan budaya dan kodrat sebagai seorang perempuan.

“Kita semua penerus Ibu Kartini. Selain itu, peran kita sebagai perempuan begitu banyak. Kita dibutuhkan di keluarga dan masyarakat. Hendaknya kita selalu memperbaiki diri agar bisa bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat. Tidak lupa kita juga harus saling memberikan motivasi karena tidak jarang kita merasa jenuh dengan rutinitas” tuturnya di sela-sela seminar, Selasa (18/4).

Tri Kirana meminta kepada semua kaum perempuan,  untuk meningkatkan kinerja, sebab selain dituntut oleh perkembangan kemajuan teknologi, juga dituntut sebagai kodrat perempuan untuk mengurus putra putrinya dalam rumah tangga.

“Saya berharap untuk ibu-ibu kita harus lebih meningkatkan diri, karena kita mempunyai tujuan untuk mensejajarkan dengan kaum laki-laki, dalam arti kita juga harus lebih giat dalam bekerja baik dalam mengurus rumah tangga, maupun kerjaan lain yang menuntut kita untuk seperti itu,”katanya.

Terkait tema yang diusung pada seminar ini, ia menjelaskan, belakangan Kota Yogyakarta digegerkan dengan fenoma klitih yang di lakukan oleh sejumlah pelajar. Ia mengajak kepada para ibu-ibu di Kota Yogykarta untuk bisa lebih berhati-hati dalam mendidik anak.

Dengan momentum hari kartini ini, lanjutnya, kita seharusnya bisa memetik pelajaran dari perjuangan ibu kartini. “Tugas utama ibu adalah mendidik anak-anaknya, dan peran seorang ibu dalam mendidik anak sangat menentukan hasil perkembanganya,” ujarnya.

Sementara itu Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat mendukung sepenuhnya kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya peran ibu sebagai kunci dalam suatu keluarga.

Ia mencontohkan, apabila seorang ibu memiliki kedekatan dengan anaknya tentu akan lebih baik, daripada hanya mengandalkan pendidikan formal saja. Ketika ibu tidak bisa memberikan nuansa kehangatan dalam keluarga, maka anak akan mencari perhatian di luar melalui pergaulan yang sangat mengkhawatirkan belakangan ini.

Ia menegaskan, bahwa fenomena klitih yang terjadi belakangan ini dipicu oleh kondisi keluarga yang tidak sehat. “Dari sekian pelaku klitih yang sudah berhasil ditangkap, sebagian besar pelakuknya adalah korban broken home,” jelasnya.

Lebih lanjut, Octo mengajak seluruh warga Yogyakarta terutama ibu-ibu untuk bisa menjadi pelopor keharmonisan keluarga. Menurutnya keluarga yang harmonis merupakan kunci mayarakat yang sehat, dan kunci keluarga yang harmonis adalah peran ibu atau perempuan. “Dan saya tegaskan perceraian bukanlah sebuah solusi namun justru perceraian adalah awal malapetaka,” pungkasnya. (Tam)