Miftahudin Nur Ihsan Ciptakan Jumputan Batik Motif Teori Atom Thompson Pertama di Dunia

Owner Smart Batik Indonesia, Miftahudin Nur Ihsan kembali menciptakan produk batik unik. Setelah sebelumnya berhasil membuat jumputan dengan motif virus HIV dan Infuenza, kali ini Ia membuat jumputan batik motif Teori Atom Thompson.

Menurutnya, karyanya kali ini mengombinasikan teknik jumputan (ikat dan celup) dengan teknik batik cap coletan tangan, bahkan ia meyakini karyanya ini pertama di dunia.

Dari pencarian yang dilakukannya, Ihsan, belum menemukan produk jumputan yang dikombinasi dengan batik cap colet.

“Saya sudah mencoba mencari di internet, namun sampai saat ini belum menemukan produk yang mengombinasikan teknik jumputan dan batik colet, kalau jumputan yang dikombinasikan dengan batik sudah banyak, tapi tanpa di colet. Sementara walaupun terkesan hanya selisih coletan, namun prosesnya jauh lebih banyak dan cukup rumit” katanya.

Ihsan menjelaskan ide membuat batik dengan motif Teori Atom Thompson ini muncul karena Ihsan merupakan lulusan dari sarjana pendidikan kimia dan Ia ingin juga berkarya dalam bidang kimia melalui karya seni.

“Saya adalah sarjana pendidikan kimia, saya ingin berkontribusi untuk kimia, namun saya ingin menyalurkannya lewat karyaseni”. Ungkap Pemuda Pelopor Kota Yogyakarta 2016 itu.

Membuat batik dengan mengkombinasikan teknik batik dengan coletan tentu saja tidak semudah yang dibayangkan, Ia menjelaskan kerumitan tersebut disebabkan penggunaan pewarnana ftol dan sol yang harus dipanaskan.

“Sementara malam (perintang warna batik) leleh kalau dipanaskan, kemudian masih harus di colet, ya kira-kira ada 10 proses dari kain putih sampai selesai produk semacam ini, kalau jumputan biasa hanya sekitar 5 proses” ujarya.

Desain jumputan batik ini mengombinasikan motif jumputan cengkehan, dengan teori atom Thompson yang digambarkan dengan bulatan yang diisi dengan tiga lambang proton (+) dan tiga lambang elektron (-).

Karya Ihsan ini bisa di bandrol dengan harga 120 ribu. Meski baru saja di produksi, batik ini sudah medapat respon positif oleh para guru kimia. Hal ini dibuktikan dengan penjualan hasil jumputan batik ini ketika acara Deklarasi Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) di LPMP DKI Jakarta bulan Januari lalu.

Bahkan karyanya ini sudah dikenalkan dan diserahkan kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud, Sumarna Surapranata, yang ikut hadir dan menyaksikan Deklarasi Asosiasi Guru Kimia Indonesia (AGKI) tersebut.

“Alhamdulilah saat ini sudah mulai ada pesanan jumputan batik tersebut dari Yogya, Jakarta, Medan, hingga Riau” ujar pria penerima penghargaan Dekoya Award 2016 ini.

Ihsan berharap Smart Batik Indonesia dapat semakin bersinergi dan memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia. (Han)