Sentuhan Magis Nardi Blangkon, Di Percaya Para Seniman Jogja

Busana pria adat Jawa tidak bisa lepas dari bagian penutup kepalanya/blangkon. Blangkon tidak hanya digunakan untuk acara resmi seperti perkawinan saja, dalam keseharianpun masih banyak warga khususnya warga Yogya yang menggunakannya.

Namun sekarang perajin/pembuat blangkon di Kota Yogya sulit sekali ditemui. Ini disebabkan karena kurangnya minat generasi muda untuk menekuni dan melestarikan bisnis tersebut. Salah satu yang masih bertahan adalah Sunardi.

Warga Bugisan RT 35  RW 07 tersebut mengaku sudah sejak tahun 1990 sudah menekuni bisnis ini. Nardi sapaan akrabnya menceritakan awalanya Ia bisa membuat blangkon lantaran Ia mempunyai pengalaman bekerja sebagai pembuat blangkon di toko blangkon. Namun setelah sang pemilik toko wafat Ia kemudian membuka usaha sendiri dirumahnya.

“Dulu pada tahun 90an saya bekerja di toko blangkon, namun karena si pemilik toko wafat saya bernaikan diri untuk membuat usaha sendiri dirumah” ungkapnya ketika di temui dirumahnya.

Menurutnya blangkon memiliki berbagai macam jenis, baik dari gaya, bentuk, corak, motif, hingga fungsinya. Ia sendiri lebih banyak membuat blangkon gaya Yogyakarta dan Solo yang memiliki ciri khas memiliki mondolan atau tonjolan di bagian belakangnya.

"Beda blangkon Solo dan Yogya ada pada mondolannya, kalau solo tidak ada mondolannya” katanya.

Selain itu Blangkon Yogya juga banyak macamnya. Ada gaya mataraman, kagok, juga pidhian. Semua memiliki ciri berbeda. “Apalagi untuk warna dan coraknya, ada ratusan," jelasnya.

Dengan dibantu istrinya, Nardi mengaku sehari ia mampu membuat 3-4 buah blangkon.”Saya sengaja tidak merekrut pegawai karena membuat blangkon itu antara tangan satu dengan tangan lainnya itu beda, jadi saya berusaha membuat blangkon sendiri agar para pelanggan saya puas” ucap pria 44 tahun ini.

Pembuatan blangkon sendiri, menurutnya melalui beberapa tahapan yang tidak mudah. “Perlu ketelitian dan kesabaran untuk menghasilkan sebuah blangkon yang membuat penggunanya tampak gagah dan berwibawa” ujarnya.

Sekarang pelanggan Nardi berasal dari berbagai kalangan, selain itu banyak seniman mempercayai Nardi untuk membuatkan blangkon mereka.

“Dalang kondang Ki Seno Nugroho, seniman campursari terkenal Cak Dikin, termasuk juga sebagian keluarga keraton maupun abdi dalem sering pesan disini” ungkap suami Ari Budi Haryanti ini.

Saat di tanya tentang pemasarannya, Nardi mengaku menggunakan media online untuk memasarkan produknya.

“Saya biasa menggunakan facebook, aplikasi bbm, dan Whats’up untuk memasarkan dan memajang produk saya” ungkapnya.

Yang unik dari Nardi blangkon ini adalah Ia hanya memfokuskan diri untuk membuat blangkon khusus pesanan untuk per individu. Tak heran, kualitas dan harga blangkon buatan Sunardi pun di atas rata-rata blangkon pasaran.

“Disini para pelanggan bisa memesan motif dan modelnya sesuai dengan apa yang mereka mau, jadi tidak ada yang menyamai nya” ujarnya.

Untuk satu buah blangkon hasil karya Sunardi dibandrol dengan harga 120 ribu hingga 500 ribu. “tergantung motif dan bahannya” katanya.

Ia berharap budaya dari leluhur ini harus terus dilestarikan agar keberadaanya bisa terus eksis.(Han)