Hasilkan Uang Dari Sampah Rumah Tangga, Bank Sampah Wirolaras RW 08 Kelurahan Wirogunan

Bagi banyak orang, sampah masih dipandang sebagai barang tak berguna. Masyarakat pun terkesan tak mau repot dengan limbah yang mereka hasilkan. Ketidak pedulian itu semakin menjadi manakala mereka dengan santainya membuang sampah sembarangan.

Namun tidak untuk warga RW 08 Kelurahan Wirogunan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta. Mereka menyulap sampah menjadi barang bernilai ekonomis yang bisa untuk menafkahi keluarga.

Melalui Bank Sampah Wirolaras yang dirintis Mei tahun 2015 , warga RW 08 bisa menghasilkan uang dari sampah rumah tangga mereka sendiri.

“Bukan saja uang yang bisa ditabung namun sampah juga bisa ditabung dan menjadi uang” ungkap ketua Bank Sampah Wirolaras, Yayuk Hendrawati.

Menurutnya usaha pengolahan sampah ini memiliki prospek yang menjanjikan, terbukti ia dan para anggota lainnya sampai kuwalahan untuk memenuhi pesanan. “Hal yang dulunya hanya mencoba, saat ini malah mampu membantu ekonomi keluarga” celotehnya.

Bank Sampah Wirolaras ini semakin hari semakin diminati warga. Setiap selasa, ibu-ibu PKK dari tiap RT terlihat menenteng-nenteng karung sampah untuk ditimbang.

Tiap anggota memiliki karung ukuran besar, yang tersimpan di bank untuk menyimpan seluruh sampah yang mereka tabung. Tiap karung diberi nama tiap masing-masing anggota.

“Tujuannya agar ketika pengepul datang, petugas bank tidak kebingungan memilah tabungan sampah tiap anggota. Karung- karung sampah itu tersimpan rapi di gudang bank” katanya.

Dalam proses sampah yang diterima, bank sampah ini membaginya menjadi beberapa kategori seperti plastik, botol bekas, kertas, gabus dan sebagainya.

“Nantinya sampah akan ditimbang dan dihitung harganya oleh petugas bank. Kemudian anggota akan diberikan buku tabungan yang fungsinya untuk mencatat nominal uang yang didapat dari hasil penjualan sampah.” jelasnya.

Sampah-sampah yang telah tekumpul tidak semua disetor ke pengepul. Sebagian di antaranya, yakni jenis plastik, botol dan gabus, diolah sendiri oleh bank sampah. Mereka mengolahnya menjadi bubur plastik dengan menggunakan mesin pencacah. Selain itu, sampah plastik juga bisa digunakan menjadi kerajinan tangan yang bernilai jual.

“Plastik-plastik itu lalu kami olah untuk membuat aneka aksesori rumah tangga, seperti tas, dompet, bros, vas bunga. Barang-barang tersebut kamijual dengan harga Rp 20.000-Rp 150.000.” ujarnya.

Untuk saat ini bank sampah Wirolaras hanya fokus untuk mengumpulkan sampah anorganik. Ke depan Yayuk berharap, sampah organik juga bisa diterima, yang selanjutnya diolah menjadi pupuk kompos.

Bagi para anggota, keberadaan bank sangat membantu. Mereka bisa mendapat penghasilan tambahan sekaligus kebersihan lingkungan sekitar terjaga.

”Lumayanlah tiap bulan ada pemasukan tambahan. Hitung-hitung buat nambah dana belanja dapur,” kata Sri Hapsari, salah satu anggota bank sampah Wirolaras.

Kini anggota bank sampah Wirolaras mencapai ratusan orang, tidak hanya dari wilayah RW 08 saja, namun ada juga yang berasal dari RW 09 dan RW 10.

Bila gerakan bank sampah bisa meluas ke berbagai kampung, masalah sampah bisa tertangani. Tak hanya itu, perekonomian masyarakat juga ikut membaik sehingga angka kemiskinan bisa ditekan. (Han)