Pemkot Dan FKWA Siap Bersinergi Dalam Menata Koridor Sungai Winongo

Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengaku selalu siap bersinergi dengan Forum Komunitas Winongo Asri (FKWA) dalam menata koridor sungai untuk kesejahteraan masyarakat. Menurutnya Pemerintah Kota Yogyakarta akan selalu ikut membantu permasalahan sungai.

“Pada dasarnya saya sangat mengapriasi kegiatan ini yaitu dengan satu tujuan yakni menjaga sungai agar bisa lebih baik, semoga kedepannya kita semuanya bisa bersinergi menciptakan Sungai Winongo yang bersih sehat dan indah.” Ujarnya di sela-sela sarasehan yang di gelar oleh FKWA di RW 03 Tegalrejo, Selasa (22/3).

Ketua FKWA, Endang Rohjani, mengatakan pihaknya sangat mengapresiasi komitmen Pemkot Yogya dan komunitas untuk menjaga dan menata sungai dengan baik,  dengan caranya masing­­­-masing dimana muaranya adalah untuk kesejahteraan warga bantaran Winongo.

"Sungai merupakan salah satu lingkungan alam yang perlu kita jaga. Dan sebagai masyarakat yang baik kita perlu membangun kepedulian bersama untuk mencintai lingkungan sungai," ucap Endang.

Ia menjelaskan jika FKWA mempunyai visi dan misi yakni membuat program yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan peningkatan sosial ekonomi dan penataan kawasan sungai winongo asri.

”Tidak hanya itu, FKWA juga menyusun penguatan organisasi yang terdiri dari pembentukan dan sosialisasi kepengurusan pada setiap titik  pada tiga zona yaitu zona utara, tengah dan selatan serta penyusunan grand design oleh masyarakat” tandasnya.

Saat ini, lanjutnya, FKWA sedang mendata secara detail berbagai masalah dan potensi masyarakat yang ada di sepanjang bantaran Sungai Winongo. Data tersebut menjadi bagian dari upaya revitalisasi sungai.

Panjang Sungai Winongo yang mengalir di wilayah Kota Yogyakarta adalah sekitar 18 kilometer dengan melewati enam kecamatan dan 11 kelurahan.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Sungai Serayu Opak (BBWS.SO), Tri Bayu Aji dalam paparannya mengatakan untuk mengetahui permasalahan dan potensi di kawasan Winongo cara yang tepat adalah melakukan pemetaan masing-masing wilayahnya.

“Warga meriset sendiri wilayahnya kemudian memahami masalah dan potensi yang dimiliki wilayahnya, lalu hasil dari riset dituangkan dalam bentuk gambar peta masing-masing kampung berbasis RT” katanya.

Ia menambahkan hasil pemetaan yang dilakukan sendiri oleh warga masing-masing kampung  berbasis RT kemudian dikembangkan lagi pemetaan menjadi zona, yaitu zona utara, zona tengah dan zona selatan untuk mempermudah permasalahan dan kebutuhan masing-masing kampung sesuai dengan karakteristiknya. Karena, masing-masing kampung berbeda kompleksitas dan variasinya. (Han)