Festival Reog dan Jathilan 2015, Kota Yogyakarta Jadi Tuan Rumah

Kota Yogyakarta menjadi tuan rumah Festival Reog dan Jathilan 2015 pada Minggu (7/6). Festival yang diselenggarakan di Kompleks Balai Kota, Jalan Kenari ini diikuti kontingen dari seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY, Arya Nugraha mengungkapkan bahwa festival ini diselenggarakan sudah ke enam kalinya. Pada 2014, Kabupaten Bantul yang menjadi tuan rumah. Kali ini, festival diikuti 12 kelompok se-DIY, dengan rincian enam kelompok reog dan enam kelompok jathilan.

Kegiatan ini memiliki tema 'Meningkatkan Semangat Dalam Pelestarian dan Pengembangan Seni Budaya sebagai Ciri Keistimewaan DIY, untuk Mendukung Daya Tarik Wisata.

Festival ini bertujuan untuk memperkenalkan reog dan jathilan sebagai salah satu aset daerah. Serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa kesenian tersebut merupakan tradisi budaya dan daya tarik wisata.

"Saya harap tradisi seperti ini bisa dilestarikan dan dikembangkan oleh para generasi muda," ujarnya.

Jathilan dan reog yang diikutkan dalam festival dilombakan, sejumlah poin yang dinilai yakni keselarasan, kekompakan, penampilan atau kostum, dan cara mereka memberikan edukasi kepada masyarakat. Lomba akan mengambil enam juara, juara pertama, kedua dan ketiga, serta harapan pertama, kedua, ketiga.

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengaku sangat mengapresisasi kegiatan ini, karena festival ini adalah kegiatan budaya yang harus dilestarikan dan dikembangan oleh para generasi muda.

Ia berharap semoga ke depan, kegiatan seperti ini bisa diadakan lagi, karena dapat memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa budaya jawa, khususnya budaya Yogyakarta sangat beragam.

"Saya harap masyarakat bisa selalu mencintai budaya," ungkapnya.

Setiap kelompok dalam lomba ini, diberi waktu 20 menit untuk tampil. Kelompok pertama yang tampil adalah kelompok reog dari Kota Yogyakarta yang diwakili kelompok Wira Warungboto.

Kelompok tersebut menampilkan lakon reog yang mengisahkan perjuangan warga Warungboto saat menghadapi penjajah Belanda yang ingin menguasai wilayah tersebut. (Han)