Gelar Karya Seni Rupa Oplosan Warnai HUT ke-68 Pemkot Jogja

Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti, secara resmi membuka pameran seni rupa yang bertajuk “Gelar Karya Seni Rupa Oplosan” pada hari Sabtu (6/6) pagi di halaman depan Taman Pintar, Yogyakarta . Pameran yang digelar atas kerjasama antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Yogyakarta dan Oplosan mix media art community ini akan digelar selama tiga hari hingga Senin (8/6) besok.

Pameran ini diadakan sebagai bagian dari perayaan HUT ke-68 Pemkot Jogja sekaligus salah satu tahapan acara Gelar Maestro Rindu Jogja 2015 yang merupakan aktualisasi kiprah insan seni rupa dalam mewujudkan Jogja Istimewa.

Heritage atau warisan budaya dipilih sebagai tema dari pameran ini. Berbagai wilayah heritage seperti Malioboro, Kotagede, Kampung Pecinan Ketandan, dan Tamansari menjadi obyek utama dalam karya-karya yang dipamerkan. Menariknya, para seniman tidak sekedar menggambarkan bangunan-bangunan yang ada di kawasan heritage, namun kehidupan masyarakat yang mewarnai kawasan heritage juga tertuang secara apik dalam lebih dari 100 karya yang menghiasi wilayah playground Taman Pintar tersebut.

Haryadi Suyuti dalam sambutannya mengapresiasi penyelenggaraan pameran ini dan berharap agar hajatan yang melibatkan tak kurang dari 60 perupa ini dapat memperkaya khasanah Yogyakarta sebagai kota seni dan budaya dan mampu menghidupi keistimewaan Yogyakarta. “Sebagai kota dengan predikat kota seni dan budaya, seni dan kesenian merupakan bagian tak terpisahkan dari Kota Yogyakarta. Pameran ini saya harap dapat memberi ide dan inspirasi bagi seniman yang lain dan atau masyarakat Yogya pada umumnya untuk selalu memanfaatkan potensi seni yang ada untuk menjaga agar Yogya tetap Istimewa” Tutur Haryadi.

Selepas memberi sambutan, walikota kemudian didaulat untuk menggoreskan kuas di atas kanvas sebagai simbolisme dari dibukanya pameran secara resmi. Goresan tersebut selanjutnya dilanjutkan oleh para pelukis.

Sementara itu Joseph Wiryono dari Oplosan Mix Media Art Community menjelaskan bahwa konsep oplosan lahir dari kegelisahan para perupa akan adanya jurang yang lebar antara masyarakat dan seniman, maka perlu adanya implementasi dari semangat berkesenian yang egaliter serta melibatkan berbagai pihak di dalamnya. Dari sinilah konsep oplosan lahir. “Kami merasakan masyarakat masih menganggap seni rupa sebagai sesuatu yang mahal dan ekslusif, maka perlu adanya sebuah aktivitas seni rupa yang membumi, implementasinya adalah aksi melukis on the spot di jantung masyarakat, pasar tradisional, dan tempat-tempat cagar budaya yang juga melibatkan masyarakat di lingkungan tersebut” Ungkap pria yang juga menjadi staf pengajar seni lukis di FSR ISI Yogyakarta.

Di sela-sela pameran, disediakan pula kanvas dan perangkat lukis bagi pengunjung Taman Pintar yang ingin turut serta melakukan aktivitas seni rupa sebagai pengejewantahan semangat oplosan yang egaliter tersebut (ams)